Saturday, November 21, 2009


nggak pernah kebayang ternyata journalism photo begitu menarik hati gue. Awalnya nyokap takut banget, gue sampe sering ga bilang kalo mau pergi nyari gambar semacam ini. "jangan kesana, nanti kenapa-kenapa lagi." Kira-Kira begitu lah nasehat nyokap gue kalo mau motret yang berhubungan dengan jurnalistik. Begitu "dapet" gambar ini, sesaat gue gak liat hasilnya dulu, begitu sampe rumah ternyata.. nyesss.. ada perasaan PUAAAAS banget bisa ngambil gambar ini.
Tapi sekarang nyokap udah mulai cair, udah mulai bisa mengerti kira-kira anaknya mau begitu. Gue sempet bilang sama nyokap kalo gue mau jadi wartawan, nyokap kayaknya udah pasrah, jawabannya cuma gini "yaah, mama sih maunya kamu jadi presenter, atau apalah di belakang layar televisi atau film." Bahkan bokap pernah ngasih tau gue kalo lagi ada demonstrasi massa di bunderan HI.


Sunda Kelapa
23-10-2009
17.17pm

Sunday, September 6, 2009

(Lesson 1) Kritik.

Seorang Crowley, Al Capone, atau Dutch Schultz seumur hidupnya tidak pernah mengaku bahwa mereka bersalah. Mereka adalah bandit yang kerap membunuh siapapun yang menghadangnya, bandit-bandit yang terkenal pada era mereka di setiap kota mereka masing-masing. Kebanyakan dari alasan yang mereka lontarkan saat ditanya oleh polisi mengapa mereka melakukan semua ini adalah "kami tidak bersalah, kami orang baik!" Sama seperti halnya Amrozi di negara kita ini. Meski ia adalah tersangka dalam kasus bom Bali, namun tingkah laku apa yang kita lihat di layar televisi ketika melihat segala berita tentang dia ? seolah tidak bersalah. Mereka yang mempunyai kesalahan saja tidak pernah menganggap mereka bersalah. Dan memang ternyata 99% dari manusia yang ada tidak pernah mengkritik diri mereka sendiri!

Kritik adalah sesuatu yang sia-sia. Kritik hanya akan membuat orang lain berada pada posisi defensif, mempertahankan segala aspirasi, pendapat, atau bahkan kesalahan mereka sendiri. Seekor binatang yang diberi hadiah apabila perilakunya baik akan lebih cepat berkembang serta belajar lebih efektif ketimbang binatang yang mendapatkan hukuman saat binatang tersebut melakukan perilaku yang buruk. Studi selanjutnya banyak yang mengatakan bahwa hal tersebut juga terjadi pada manusia. Dengan mengkritik seseorang, kita tidak membuat perubahan yang baik, malah sebaliknya kita membuat orang justru membenci kita. Hal ini pernah dialami oleh Abraham Lincoln ketika ia masih muda. Lincoln kerap kali membuat kritik terhadap semua orang yang tidak ia suka dengan membuat surat kaleng, kemudian menaruh surat-surat itu di tempat dimana surat itu mudah ditemukan. Suatu ketika ia membuat kritik keras kepada seorang politikus bernama James Shields. Shield mulai naik darah, serta merta ia mencari tahu siapa penulis surat -yang berisi kritik- tersebut. Terungkaplah ternyata memang Lincoln penulisnya, Shields kemudian menantang Lincoln untuk berduel. Tanpa disadari kritik yang keras kita lontarkan kepada siapapun akan selalu kembali menerpa kita layaknya burung merpati pos yang senantiasa akan kembali, juga siapa sangka kritik malah akan membuat posisi kita terancam oleh bahaya.

Saat ditanya "apa rahasianya sehingga anda bisa menjadi mahir dalam menangani hubungan dengan manusia?" Benjamin Franklin menjawab "saya tidak akan bicara hal buruk tentang seseorang. Dan saya hanya membicarakan hal yang baik tentang mereka semua." Pernah ada seorang mekanik yang salah mengisi bahan bakar sebuah pesawat tempur milik Bob Hoover, seorang pilot penguji pesawat. Dan Hoover bersama dua temannya hampir saja tewas karena kecelakaan pesawat seandainya ia tidak lihai mengendalikan pesawat yang tiba-tiba kedua mesinnya mati. Pasti semua orang mengharapkan Hoover mencaci, memaki dengan sumpah serapahnya kepada mekanik lalai itu, namun ternyata Hoover mendatangi lelaki muda itu seminggu setelah kejadian, kemudian merangkul pundaknya sambil berkata "saya percaya lain kali kamu tidak akan mengulanginya lagi, maka itu mulailah merawat pesawat F-51 saya besok."

Semua orang bodoh bisa mengkritik, mencerca, serta mengeluh- dan ironisnya memang hampir semua orang bodoh melakukan itu-.

Disadur dari buku Dale Carnegie.

Tuesday, June 2, 2009

Kenangan dari Muara Angke

Roda kehidupan harus tetap berjalan, demi memenuhi kebutuhan hidup yang kian meningkat seiring dengan berkembangnya zaman. Setiap manusia berusaha dengan gigih memperoleh pekerjaan demi pundi-pundi Rupiah yang dapat dikumpulkan. Apalagi di kota metropolis seperti Jakarta yang notabene adalah detak jantung perekonomian serta, ibukota Negara Indonesia. Tidak terkecuali masyarakat nelayan.

Angin yang bertiup kencang mengiringi keberangkatan para nelayan yang hendak pergi melaut kala itu. Di balik awan mendung mereka memberanikan diri bertaruh pada cuaca yang tidak menentu. Bukan untuk kesenangan, melainkan pekerjaan. Rutinitas itu mereka lakukan selama mereka masih bisa mengais rejeki dari hasil tebaran jaringnya. Meninggalkan kerabat, isteri, dan anak-anak mereka.

Beratapkan sepetak rumah, seorang ibu separuh baya dengan mengenakan daster lusuh duduk terdiam menanti anaknya yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama pulang dari sekolahnya. Ibu yang telah menginjak usia hampir setengah abad itu dengan sabar pula menanti kedatangan sang suami yang tengah bekerja membanting tulang mencoba menghidupi keluarga mereka di laut. Ditengah deruan krisis ekonomi seperti saat ini, Ibu asal Palembang ini tidak dapat berbuat banyak membantu sang suami untuk dapat membiayai kebutuhan hidup mereka.

Ibu dengan empat orang anak ini mengaku tidak mendapatkan sertifikat tanah atas rumah yang telah mereka tempati sejak empat dasawarsa yang lalu. Ia hanya mendapatkan setifikat atas bangunan saja. Dengan mengangsur sebesar Rp 6.700 per bulan selama 15 tahun, barulah Mpun memiliki sertifikat atas bangunan tersebut. Memang istri dari seorang nelayan ini telah mengajukan permohonan kredit atas hak tanah dimana ia bernaung sekarang ini, namun keterangan dari pemerintah daerah mengatakan bahwa ia tidak dapat sepenuhnya membeli tanah tersebut tanpa alasan yang jelas.

Dua anak perempuan dari empat orang anaknya kini telah berumah tangga, masing-masing tinggal ke arah sebelah barat kota Jakarta, kota Tangerang dan satu anaknya lagi di bilangan Tanah Merah. Kini Mpun tinggal bersama dua anak, satu telah lulus dari sebuah SMA swasta, dan si bungsu masih mengenyam bangku pendidikan. Anak ketiganya kini tengah menjalani profesi sebagai juru parkir di sebuah Mall di kawasan Grogol. Setelah tamat dari SMU swasta, ia memiliki inisiatif untuk membantu meringankan beban kedua orang tua mereka. Dari penghasilannya menjadi juru parkir, setidaknya ia dapat meringankan beban Mpun dan Sapri, suaminya.

Mpun mengaku, pendapatan yang diperoleh suaminya, Sapri tidaklah seberapa besar. Pria yang lebih tua tiga tahun dari Mpun ini pergi melaut setiap matahari mulai menyentuh cakrawala di ufuk barat. Setiap dinginnya malam ia habiskan di sebuah kapal kecil milik “bos”-nya. Kapal berkapasitas 8 awak kapal itulah yang menjadi transportasi Sapri dalam mengais setiap Rupiah selama 20 tahun terakhir menjadi seorang nelayan.

Sunday, May 31, 2009

About Blackberries

Menyebut kata Blackberry tentu sudah tidak asing lagi bagi kita semua masyarakat metropolitan. Ya, Blackberry adalah salah satu gadget yang booming di awal tahun 2009. Sarana komunikasi canggih ini menawarkan berbagai kemudahan dalam mengakses dunia maya dalam waktu seper sekian detik.

Alat komunikasi yang satu ini begitu menyedot perhatian publik. Walau saya bukan salah satu empunya alat komunikasi canggih ini, namun saya tetap terpengaruh oleh keinginan akan gadget ini. Sekali lagi saya tegaskan, "keinginan" bukan kebutuhan. Syukur rasa keinginan itu tidak menguasai saya dan melebihi rasa kebutuhan yang saya rasakan, bagi saya, gadget itu belum sepenuhnya saya butuhkan hingga pertengahan tahun ini.

Banyak hal yang saya petik dari berbagai teman yang telah memiliki gadget buatan Research in Motion, perusahaan asal Kanada ini. "BB" -begitu lah lazimnya kini Blackberry disebut- sangat membantu dalam berkomunikasi, semua komunikasi yang ada bisa menjadi lebih intens ketimbang dulu. Karena semua sistem berjalan dengan cepat, tentu banyak kemudahan yang dapat dirasakan. Ada pula yang menganggap BB dapat meningkatkan presisi seseorang, sama seperti halnya kendaraan yang ia gunakan, apabila ia seseorang yang boleh dibilang mapan, tentu akan lebih terlihat apik dengan kendaraan sedan mewah pabrikan German bukan? Hal ini pun terjadi pada fenomena BB di Indonesia. Saya hanya bisa berpendapat, " Buat apa sih dibeli mahal-mahal kalo sama aja gak ada pulsanya ? "

Malam ini saya baru saja merasakan begitu besar dampak yang ditimbulkan dengan seseorang memiliki gadget ini. Malam tadi saya bertemu dengan teman dekat saya, seorang wanita yang saya kagumi, di sebuah kafe pinggir pantai untuk sekedar ngobrol. Memang sudah sejak lama saya memendam perasaan risih ini sebelumnya, tepatnya ketika ia mulai terlihat lebih asyik dengan gadgetnya dibandingkan dengan seseorang yang ada duduk di sebelahnya. Ya, kebanyakan para pengguna BB lebih asyik dengan alat komunikasi super canggih yang ia miliki ketimbang hal lain. Ditemani dengan segelas cappuccino panas dan watermelon juice, kami menghabiskan waktu sekitar satu setengah jam untuk saling ngobrol dan tukar pikiran. Namun disela-sela obrolan kami, saya merasa dianak-tirikan dengan gadget yang selalu ia genggam kemanapun ia pergi. "Sebuah fashion show tuh termasuk salah satu entertainment gak sih sebenernya ?" saya bertanya kepadanya, karena saya tahu bahwa ia adalah seorang mahasiswi di bidang fashion design, dan tentu saja ia sering menyambangi berbagai fashion show yang digelar oleh perusahaan terkemuka, "kring-kring" untuk kesekian kalinya ia menerima message melalui gadgetnya itu. "Sori-sori, apa tadi ?" sambut teman saya sembari mengarahkan kedua jempolnya ke keypad, kemudian saya kembali mengulang pertanyaan saya barusan. Pun demikian halnya ketika kami berdua sedang termenung-kehabisan topik pembicaraan- memikirkan apa yang telah kami masing-masing ceritakan, ia terlihat lebih asyik dengan BB-nya. Kami memang sedang tidak berbisnis, dimana dibutuhkan perhatian ekstra untuk mendapatkan sebuah tender misalnya, namun adakalanya seseorang jenuh dengan perlakuan seperti itu.

Kita juga sudah lumrah apabila penikmat teknologi kini malah asyik dengan kemacetan yang ada di Ibukota atau asyik dengan antrean yang begitu panjang, seorang dosen pernah mengatakan "mampus lu, antre aja yang panjang, gue gak perduli." sambil terus menuliskan message pada Blackberrynya. Mereka asyik bukan karena mereka senang dengan kemacetan atau antrian yang panjang-mana ada sih yang seneng?- melainkan karena mereka bisa memiliki banyak waktu untuk terus memijit tombol yang ada pada gadgetnya tersebut.

Walaupun begitu, saya tidak bermaksud "mengajari" wanita yang telah saya kenal lebih dari tiga tahun itu. Bagi saya ia tetap seorang yang cerdas, berpendirian, kreatif, dan seorang penasihat yang baik di kala saya membutuhkan pendapatnya. Ia juga cerdas karena tetap bisa memperhatikan apa yang saya sampaikan walaupun sambil mengetik pesan dengan gadget yang ia pegang, bagi saya itu sulit dilakukan, wong nonton tv sambil telpon seseorang aja susah membagi pikirannya kok. Seorang wanita memang sudah kita kenal dapat melakukan dua hal sekaligus sama baiknya, mungkin karena saya adalah seorang laki-laki.

Mungkin sekarang karena hal itu pula lah saya enggan memiliki Blackberry,-kalo dikasih sih tetep mau- disamping memang karena saya belum membutuhkan dan tidak memiliki cukup dana untuk membeli gadget tersebut. Dengan harga yang ditawarkan, bagi saya lebih baik dana itu saya alokasikan untuk biaya kuliah saya setahun kedepan.

So, be wise with your Blackberries. Jangan sampai ada hal yang tidak kita inginkan bersama, misalnya diklaksonin sama mobil di belakang ketika kita sedang asik chat lewat BB dan ternyata mobil di depan tengah melaju kembali ditengah kemacetan.

Correct me if I'm Wrong. =)

Sunday, May 24, 2009

Saudaraku

Penulis adalah seorang mahasiswa yang memiliki seorang saudara kembar tidak identik. Tentu anda semua tahu bahwa kembar tidak identik jarang sekali terjadi, (bukan kembar dengan jenis kelamin yang berbeda maksud saya.) Kembar tidak identik terjadi apabila di dalam rahim terdapat dua embrio sekaligus yang matang, ada dua sel telur yang dibuahi oleh sperma. Saya terlahir prematur. Saya terlahir setelah sembilan menit kakak saya hidup di dunia, Hans Mario.
Rupa saya bisa dibilang berbeda dengan saudara kembar saya. Saya memiliki perawakan yang kurus, berwarna kulit agak hitam. Sedangkan saudara kembar saya telihat lebih gemuk, putih, serta memiliki tinggi badan yang lebih dibandingkan saya. Secara sifat juga saya kerap menemukan perbedaan mencolok dengan saudara saya tersebut. Saya amat senang olahraga, di lain sisi saudara saya tidak begitu suka dengan olahraga. Kegemaran kami pun berbeda, dari yang senang menghabiskan waktu berjam-jam untuk menonton siaran televisi, hingga saya yang senang keluyuran keluar rumah di kala masih mengenyam pendidikan sekolah dasar.

Lepas dari perbedaan tersebut, Tuhan sungguh Maha Adil. Bilamana tidak, paras wajah saya kerap dinilai oleh banyak orang menyerupai ibunda saya, sedang Hans lebih menyerupai ayah saya. Warna kulit pun demikian, kali ini terbalik, saya dan ayah saya memiliki kulit yang agak hitam ketimbang Hans dan ibunda saya. Demikian pula dengan sifat serta kelakuan kami. Saya dan ayah saya gemar sekali berolahraga, sedangkan ibunda saya dan Hans lebih senang menghabiskan waktu dengan menonton siaran televisi atau memutar dvd kesukaan mereka.

Tulisan saya mengajak kita semua untuk menyadari betapa Adil nya sang Kuasa menciptakan kita, baik atau buruk telah dipertimbangkan secara matang oleh Yahwe. Ia bahkan telah memikirkan seperti apa rupa serta sifat kita jauh sebelum kita terlahir ke dunia.