Thursday, December 15, 2011

December Issue

The latest issue - AMICA Indonesia December 2011




November Issue


Hey! I've been working for AMICA Indonesia for couple of months
check out my work on November issue, Cheers!









Thursday, September 1, 2011

Dari Bali Sampai Gili

Sebelumnya, saya mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri bagi yang merayakan. Libur Lebaran kemarin saya habiskan dengan perjalanan bersama keluarga menuju ke Bali dan Lombok. Siapa yang tak kenal Bali, dari bandara yang sempit, hingga macetnya kawasan Pantai Kuta. Tujuan utama liburan saya sebenarnya adalah ke Lombok, sebuah pulau yang belum pernah saya injak sebelumnya.

Saya sempat bermalam di Bali sebelum berangkat menuju Lombok, jalan-jalan di sepanjang jalan Legian, beruntung ada agen travel yg menyediakan layananan antar dari Bali sampai ke Lombok. Tepatnya di Jl. Poppies Lane 2, kami sekeluarga membeli paket perjalanan. Dengan membayar Rp 140.000/orang kami dijemput di hotel, diantar ke Pelabuhan Padang Bai, dijemput di Pelabuhan Lembar, diantar sampai Sengigi.

Bali dan Lombok jaraknya hanya sebesar kuku jari kalau lihat dari peta, perjalanan murah meriah saya dimulai dari pelabuhan Padang Bai yang ada di Bali menuju Pelabuhan Lembar di Lombok. Perjalanan dengan ferry lambat menempuh jarak "kuku jari" ini bisa membuat kuku saya habis saya gigit. Kurang lebih 4 jam saya diombang ambing diatas ferry KMP Marina Segunda. Murah sih, tiket orang dewasa hanya Rp 36.000 untuk sekali jalan (sudah termasuk dalam jasa travel), tapi saya kapok untuk jalan yg kedua kalinya.

Jika dibandingkan dengan Bali, mayoritas penduduk di Lombok memeluk agama Islam, dan masyarakat setempat mempunyai bentuk masjid yg cukup unik, kubah pada atap masjid berbentuk lonjong seperti ballpoint. Kemudian saya istirahat sebentar di Losmen Tjabe Merah yg sudah saya pesan jauh-jauh hari sebelum lanjut ke Senggigi. Untuk hal transportasi selama di Lombok, percayakan saja pada Lombok Taksi, sebuah perusahaan taksi dibawah Blue Bird Group, tarifnya pun masih relatif murah, buka pintu Rp 4.250 saja. Dari Losmen sampai Senggigi, tarifnya kira-kira Rp 25.000 jangan lupa bisa dibagi berempat :D

Urusan kuliner? tetap bagi saya makanan di Pulau Jawa tidak ada tandingannya, beberapa makanan khas Lombok yang terkenal seperti Ayam Taliwang menurut lidah Chinese saya hanya terasa lada yg buanyaak! sempat pula makan bakso, lagi-lagi rasa yang paling dominan adalah lada. Sudah, nikmati saja namanya juga liburan, yuk saya ajak main di Senggigi, pasir halus, sepi, dan bersih! serta Pura Batu Bolong yg berdekatan dengan pantai.

Istirahat dulu sebelum lanjut lagi jalan ke Gili Trawangan! dari losmen saya di daerah Ampenan, kami sekeluarga naik taksi (Rp 80.000) sampai ke pelabuhan Bangsal, sebuah pelabuhan kecil khusus untuk mengangkut barang dan penumpang dari Pulau Lombok - Gili dan sebaliknya. Ada dua rute untuk menuju ke Bangsal, lewat pinggir pantai Senggigi atau lewat daerah Pusuk. Dua-duanya punya nilai wisata yg cukup menarik. Lewat Pusuk artinya akan bertemu dengan monyet-monyet liar di pinggir jalan, sementara lewat Senggigi artinya akan bertemu pemandangan pantai yg cantik dari atas pegunungan. Karena ini jenis angkutan umum dan angkutan barang, kami berdesakan dengan barang dagangan masyarakat sekitar juga bersama turis mancanegara, enjoy aja!

Rute Pusuk

Rute Senggigi

Dari Bangsal cukup menempuh waktu kira-kira 20 menit untuk sampai ke Gili Trawangan. Gili Trawangan terkenal dengan wisata bawah lautnya, dari atas pantai pun terlihat jelas beningnya perairan di sekitar Gili Trawangan. Mayoritas penduduk disana adalah bule! mungkin lebih banyak jumlah bule ketimbang warga lokal yang saya temui. Dengan jalan sempit yang ada, transportasi utama disana adalah sepeda atau cidomo, sebutan untuk delman/andong khas dari Lombok. Kegiatan yang ditawarkan di Gili Trawangan semuanya adalah wisata bawah laut, Diving, Snorkeling, atau surfing. Mari kita tunggu laporan Ms. Complaint si pecinta diving yang juga baru kembali dari sana. :D Saya tinggal minum kopi Lombok dulu ya, silahkan manjakan mata anda dengan pemandangan di Gili Trawangan.


Puas main di pantai, esoknya saya berkunjung ke air terjun di daerah Gangga, Lombok. Jaraknya yang jauh, serta fasilitas jalan yang belum memadai membuat wisata ini kurang digemari para wisatawan, cuma ada saya dan keluarga, serta sekelompok turis mancanegara yg jumlahnya tidak lebih dari 6 orang.


Saya sudah bilang, saya kapok naik ferry untuk kembali ke Bali, jadi lebih baik naik pesawat, walau lebih mahal, tapi bisa hemat waktu perjalanan. Naik pesawat dari Bandara Internasional Selaparang di kota Mataram hanya menempuh waktu 30 menit untuk sampai di Bandara Ngurah Rai. Kembali di Bali, saya sempatkan berwisata di Bali Safari and Marine Park di daerah Gianyar.



Wednesday, July 13, 2011

Fase Selanjutnya

Sesuai janji saya pada posting sebelumnya yang berjudul Fase, saya kembali mengalami sebuah tahap yang mungkin ini bisa saya sebut sebagai fase kelanjutan dari beberapa tahap yang pernah saya lalui. Setelah beberapa bulan kamera saya nganggur, akhirnya si kamera kembali merasa dibutuhkan... :D

Saat itu saya sedang duduk asik dengan teman-teman yang lagi dikejar deadline tugas akhirnya, pesen kopi segelas, ngobrol bisa sampai 3 jam lebih. Kebetulan Nandi bawa dua edisi majalah fotografi yang katanya paling murah diantara majalah-majalah sejenis lainnya. Sambil asik ngobrol, saya menemukan rubrik tips and trick di dalam majalah itu yang mudah sekali ditiru, dengan modal sedikit, bisa menghasilkan sebuah studio sendiri!

Dengan peralatan yang mudah dicari, saya mulai merangkai studio saya itu. Peralatan yang dibutuhkan sederhana saja, studio itu sendiri terbuat dari kardus bekas yang dipotong sisi sampingnya untuk ditempel dengan kertas karton. Kertas karton yang ditempel disamping maksudnya sebagai diffuser supaya cahaya yang masuk nggak terlalu keras. Bagian dalam kardus ditempel juga dengan karton dan dibiarkan menjuntai dari atas sampai alas, jangan sampai ada lipatan di bagian belakang dalam dan alasnya supaya nanti tidak terlihat kerutan dimensi kardus itu. Kertas karton yang saya pakai berwarna putih, tapi sebenarnya tergantung kebutuhan juga, kalau anda ingin "backdrop" berwarna gelap juga sah-sah aja.

Selesai dengan kardus, sebenarnya studio anda sudah siap, tapi saya sengaja membuat lampu belajar portabel dengan sambungan kabel dan lampu neon. Lampu ini akan lebih mudah dipindahkan jika ternyata anda punya lampu belajar yang cukup besar sehingga sulit untuk dipindah-pindahkan. Selain lampu belajar, diperlukan juga satu atau dua buah flash eksternal dengan trigger. Coba kontak teman anda yang punya, saya juga pinjam kok. ;p Nantinya, flash ini diletakkan diluar kardus di sebelah kiri atau kanan, peletakkan flash sangat tergantung keinginan anda. Dengan cara ini juga saya belajar bagaimana efek-efek dari cahaya yang disemburkan flash eksternal. Lampu belajar buatan tadi diperlukan sebagai cahaya fill in, untuk mempertegas bagian yang gelap karena ditembakkan lampu flash dari arah yang berlawanan. Pengalaman membantu Laxter dalam beberapa sesi pemotretan sangat membantu saya dalam memahami pencahayaan yang enak dilihat.

Objek telah siap di dalam studio, saya butuh waktu sekitar 30 menit untuk membiasakan tangan dengan kamera, maklum sudah berbulan-bulan di dalam tas. Perlu diingat bahwa jarang foto yang bagus dapat diciptakan dalam sekali jepret, pengulangan diperlukan untuk mencari sudut yang enak, serta arah pencahayaan yang baik. Berikut saya sertakan foto-foto eksplorasi studio mini saya.

Peralatan yang dibutuhkan: kardus bekas, karton, kabel dan lampu neon (optional), wireless trigger, flash eksternal, dan objek pemotretan.





Juga saya bagikan beberapa hasil jepretan menggunakan studio mini tersebut




Tuesday, May 3, 2011

Alamat Email

Kalo boleh dibilang, puluhan juta orang kini sudah familiar dengan surat elektronik atau kerap disebut email. Dari perhitungan kasar saya saja, menurut laman ini setidaknya ada 33 juta pengguna situs facebook. Belum lagi situs pertemanan lainnya yang sudah menjamur banyaknya. Mungkin beberapa dari anda juga sama seperti saya, punya beberapa alamat email sekaligus. Ternyata beberapa email yang saya miliki, cukup menggambarkan sebuah proses pendewasaan. Awal mula punya alamat email adalah nama email yang berbau karakter di film Lord of The Ring, plus angka favorit saya. Alamat yang kedua menggunakan nama saya, tapi tetap dengan embel-embel angka favorit juga. Nah, baru yang terakhir ini pakai nama depan dan nama tengah saya, hehehe.

Meminjam kata-kata dari seorang fotografer dengan ciri khas kumisnya yang tebal, 'fotografi adalah kedewasaan' tampaknya begitu juga dengan alamat email seseorang. Ketiga alamat email saya contohnya, pernah suatu kali saya harus berhubungan lewat email dengan orang yang mengharuskan saya untuk berbicara formal, tiga kata yang tertera di badan email itu sudah
bikin saya gak enak hati. Dear, Pak Eleven. !@#$%^&*()! Janji saya dalam hati, lain kali saya pakai alamat email ketiga saya saja. Secara langsung saya telah menimbulkan kesan tidak professional terhadap diri saya sendiri. Dulu saya kira alamat email saya itu keren, unik, atau benar-benar mencirikan saya, tetapi ternyata nama asli saya lah yang secara tepat mewakili pribadi saya.

Ada masanya saat saya tidak mengira bahwa dua alamat email saya berkesan tidak professional, yang saya kira hanya supaya tidak banyak orang mengetahui itu alamat email siapa. Ada pula waktu saya sekedar iseng belaka, saya membuatkan alamat email untuk teman saya yang tinggal di Sukabumi dengan alamat kidlikeearth@blabla.com yang jika diartikan secara tidak benar menjadi: anak suka bumi. Hehehehe.. Nah, bagaimana dengan alamat email anda?

***Beberapa jam setelah postingan ini, ternyata ada satu postingan lain yang buat saya tergelitik karenanya. Tidak jauh-jauh dari alamat email juga, kali ini postingan Didi Rul yang memuat tulisan temannya
Teguh Iskanto, mencuat ke permukaan. Tulisan tersebut mengenai Dialog antara Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) dengan Komisi VIII DPR-RI di Ruang Bhinneka Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Melbourne, 30 April 2011

Lucu memang membaca posting tersebut, saya pun heran membacanya, sudah tidak tahu mesti berkomentar apalagi. Semoga anda sempatkan waktu untuk baca posting tersebut.

Wednesday, March 30, 2011

[Article] Globe Trotting: Southern Splendid [Majalah JalanJalan April, 2011]

Original Article:

Sejak adanya penerbangan langsung dari Indonesia menuju Bandara Internasional Phuket, banyak warganegara Indonesia yang memilih Phuket sebagai tujuan wisata favorit. Phuket terletak di sebelah selatan Negara Thailand, dengan luas wilayah lebih dari 540 kilometer persegi. Wilayah ini berpenduduk mayoritas beragama Budha, dan juga Islam sebesar 17 persen.

Ketimbang menggunakan jasa travel untuk berlibur ke Phuket, lebih baik memutuskan untuk pergi sendiri dengan bekal pengetahuan yang cukup. Harga yang ditawarkan oleh travel berkisar antara 3,5 juta - 4 juta Rupiah untuk 4 hari 3 malam, dengan harga yang sama, saya bisa bertahan di Phuket selama 6 hari 5 malam tanpa menggunakan jasa travel. Selain itu, ada juga keuntungan immaterial yang didapat, saya dapat menentukan sendiri berapa lama waktu yang bisa dihabiskan untuk berbelanja, waktu untuk makan siang, dan waktu untuk bersantai.

Hal penting yang wajib dilakukan sebelum hari keberangkatan adalah research, mencari tujuan wisata yang sesuai dengan kebutuhan, dan memang belum pernah dikunjungi. Kemudahan akses internet membuat segalanya menjadi jauh lebih mudah, apapun mengenai Phuket bisa didapat. Misalnya, bagaimana perilaku penduduk disana? Oh, bagaimana dengan makanan disana? Apakah cocok dengan lidah oriental saya? Apakah aman untuk kita jika menggunakan bus umum? Atau bahkan bagaimana melakukan pemesanan hotel dan tiket pesawat secara online. Lakukan research sebanyak-banyaknya guna mendapatkan segala informasi yang anda butuhkan, dan juga untuk mendapatkan akomodasi yang paling sesuai dengan kantong.

Menurut jadwal yang tertera pada tiket keberangkatan, waktu tempuh untuk sampai di Phuket adalah dua setengah jam, saya beruntung bisa tiba 30 menit lebih awal. Setelah selesai dengan urusan imigrasi, kemudian bergegas keluar dari bandara mencari sebuah loket Taxi Meter. Sebuah loket taksi berwarna kuning berada di sebelah kanan pintu utama bandara. Berbekal dari hasil research, jangan menerima tawaran jasa taksi atau mini-bus di dalam gedung bandara, karena harganya bisa lebih mahal dua kali lipat daripada menggunakan taksi di loket Taxi Meter. Beberapa tujuan utama setelah sampai di Phuket adalah pantai yang menghadap Laut Andaman, yang berada di wilayah Patong dan Krabi.

Saya menentukan tujuan ke Patong, untuk menuju kesana dibutuhkan biaya kurang lebih 500 Baht untuk taksi. Selama 45 menit perjalanan dari bandara menuju Patong, saya dibawa oleh supir taksi ke agen penginapan yang juga merangkap sebagai agen tur, beruntung penginapan sudah dipesan jauh sebelum hari keberangkatan, saya sempat takut si sopir taksi akan membawa saya ke tempat yang tidak diinginkan, namun jangan khawatir, katakan saja sejujurnya, mereka akan dengan sopan mempersilahkan kita pergi. Fiuh! Jalan-jalan di Phuket lebih lengang dibandingkan dengan Jakarta. Kendaraan roda dua pun begitu tertib berjalan di lajur paling kiri, tanpa mengganggu kendaraan roda empat yang berada di lajur sebelah kanannya. Satu hal yang mencolok jika dibedakan dengan Jakarta adalah, pengemudi mobil atau motor jarang membunyikan klakson mereka.

Tiba di Phuket pada siang hari, plus 45 menit perjalanan dari bandara menuju Patong, saya masih mempunyai cukup waktu untuk mempelajari jalan di sekitar hotel. Harga hotel pada low season (Mei, Juli, September, dan Oktober) berkisar antara 500-600 Baht per malam, tanpa sarapan. Bila pada high season (Des-Feb) harga tersebut melonjak tajam hingga mencapai 1500 Baht per malam, tanpa sarapan. Terbiasa menawar bajaj yang ada di Jakarta membuat saya terbiasa menawar apapun yang ditawarkan hingga sepertiganya, voila! Saya mendapatkan kamar seharga 800 Baht dengan tarif 500 Baht per malam. Perjalanan berlanjut dengan mencari kios-kios yang menawarkan paket tur untuk mengunjungi tempat-tempat wisata menarik seperti: Phi Phi Island, Phang Nga Bay, atau Coral Island.


Patong terkenal dengan pantainya, boleh dibilang sebelas-dua belas dengan daerah Kuta dan Legian. Pantai berpasir putih yang panjang, serta pantainya yang landai sangat memanjakan mata dengan panorama yang disuguhkan, tanpa terganggu dengan sampah. Ini yang membuat Patong “dua belas”. Penduduk sekitar dan wisatawan asing sangat peduli pada kebersihan pantai, tidak seperti di Indonesia. Banyak terdapat kursi santai yang disewakan untuk berjemur, Thai Massage, atau kepang rambut. Mirip seperti jalan Legian, disana juga banyak terdapat hotel, bar, atau cafe bagi mereka yang senang hiburan malam. Jalan Legian ala Patong dapat ditemui di Bangla Road. Setiap sore, mobil khusus untuk promosi acara Thai Boxing berkeliling dengan beberapa orang diatas atap mobil yang bergaya seperti petarung, kreatif, mereka pun mendandani atap mobil seperti layaknya ring pertandingan. Ada satu pusat perbelanjaan besar di kawasan Patong, sebuah mall dengan nama Jungceylon.

Saya mengunjungi mall ini untuk sekedar menyeruput kopi di sore hari. Saya pun menemukan beragam jenis makanan yang ada, masakan asli Thailand, masakan Eropa, hingga masakan China. Bagi saya yang tidak suka makanan pedas, saya memutuskan untuk memilih jenis makanan paling aman yang bisa saya makan, yakni fast-food, ada beberapa pilihan makanan seperti KFC, McDonald’s, atau Burger King dengan harga relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan harga di Tanah Air. Food court terdapat di lantai basement mall-anda bisa menemukan makanan halal disini-, harga makanan di food court lebih murah, satu paket nasi goreng dibanderol dengan harga 70-100 Baht. Di luar mall, ternyata ada jajanan yang lebih murah lagi, tepatnya di sebelah Banzan Market, Sai Sam Road, persis di seberang Jungceylon. Jajanan yang ditawarkan seperti barbeque sapi atau ayam, aneka nasi dengan lauk, mi goreng, nasi goreng, hingga sushi yang dijual dengan harga 5-7 Baht per satuan. Menurut pantauan saya, area ini mulai buka pada sore hari sekitar pukul lima.

Jalan-jalan saya berlanjut setelah beberapa menit istirahat di hotel, tujuan berikutnya adalah pasar swalayan. Siapa sangka Carrefour juga bisa menjadi tempat wisata yang menarik, kita dapat melihat berbagai barang khas Thailand dijual disini, liquor shop, atau suvenir khas Thailand. Belum genap 24 jam saya berada di Phuket, saya sudah membeli beberapa oleh-oleh untuk para kerabat di Tanah Air berupa kaos dengan sablon gambar-gambar yang berhubungan dengan Thailand. Harga yang ditawarkan terbilang murah, untuk sebuah kaos dihargai antara 70-90 Baht.

Day Two

Satu hari sebelumnya, saya telah membeli paket perjalanan mengunjungi beberapa tempat wisata favorit. Phi Phi Islands adalah kepulauan tujuan utama wisatawan yang berkunjung ke Phuket baik mereka yang singgah di Patong ataupun Krabi. Perjalanan menuju Phi Phi Islands ditempuh dengan menggunakan speedboat yang dapat menampung kurang lebih 30 penumpang. Membeli jasa tour & travel artinya saya harus rela bepergian bersama dengan wisatawan lainnya yang tidak saling kenal satu sama lain. Saya akan dibawa mengitari kepulauan Phi Phi diantaranya: Maya Bay yang sempat dijadikan tempat syuting film The Beach yang dibintangi oleh Leonardo DiCaprio, Phi Phi Don, Phi Phi Ley, dan Khai Island. Menurut jadwal, kami akan dibawa menuju spot menarik untuk snorkeling, atau diving. Tur dimulai pada pagi hari sekitar pukul 9 hingga pukul 5 sore. Bagaimana dengan makan siang?! Oh, ternyata saya akan mendapatkan makan siang, air mineral, soft drink, dan buah-buahan di sebuah restoran di Phi Phi Don. Setelah puas memanjakan mata dengan pemandangan laut yang indah, formasi bebatuan yang ciamik, serta berfoto ria di tempat Leonardo DiCaprio melakukan adegan filmnya, kini perut saya mulai mengeluarkan sumpah serapah untuk diberi makan. “Number Five..!! Number Five..” begitu teriak pemandu wisata kami saat memanggil kawanan wisatawan yang menumpang speedboat bernomor lima untuk segera naik ke kapal dan melanjutkan perjalanan ke Phi Phi Don, Lunch time! Beberapa menu yang disajikan untuk santap siang adalah ayam goreng, ikan goreng asam manis, saya tidak tahu pasti apakah itu ikan gurame atau bukan, sup tom yam, spaghetti, serta sayur semacam cap cay. Perut kenyang, hati tenang. Nahkoda speedboat kembali mengajak kami berayun menghantam ombak ke tujuan berikutnya.

Sedikit tips dari saya adalah pastikan bahwa anda sudah berada di lobby hotel pada saat jam penjemputan, mini bus yang akan membawa kita menuju dermaga biasanya selalu tepat waktu. Paket tur yang dibeli sudah termasuk dengan biaya peminjaman perlengkapan snorkeling, kecuali fin untuk renang. Penyewaan fin untuk renang dikenakan harga 100 Baht untuk setiap pasang. Setiap tur juga menyertakan layanan antar jemput di dalam paket tur, dari hotel ke dermaga dan dari dermaga kembali ke hotel dengan cuma-cuma.

Untuk bisa ikut dalam tur ini, saya diminta membayar sebesar 2600 Baht, seperti yang tertera di dalam selebaran yang ada di agen-agen tur, namun ingat harga yang diminta bisa kita tawar. Tawarlah separuh harga terlebih dahulu, jika anda pandai tawar-menawar, agen tur bisa memberikan harga sekitar 900-1100 Baht per orang.

Day Three

Dijemput pada pukul 8.30 pagi, seorang supir mini bus siap mengantar saya ke dermaga. Tujuan berikutnya adalah Phang Nga Bay!

Phang Nga Bay menawarkan sensasi yang serupa dengan Phi Phi Islands, dengan formasi kepulauan yang berbaris, kita akan dibawa mengitari pulau-pulau indah dengan menggunakan kano. Agen travel yang akan membawa kami berkeliling kepulauan ini menggunakan kapal yang lebih besar, bukan seperti speedboat yang digunakan dalam tur ke Phi Phi Islands. Setiap kapal dilengkapi dengan beberapa kano yang akan membawa setiap wisatawan masuk ke dalam gua-gua indah yang berada tepat di bawah tebing pulau. Saya buru-buru menggunakan safety jacket karena saya tidak mahir (bisa) berenang. Aman! saya hanya perlu duduk santai, menikmati pemandangan serta keajaiban alam dari atas kano, jika kemudian ada pertanyaan, apakah harus mengendarai kano itu sendiri? Tidak. Tetapi ada juru dayung yang akan mengantarkan kita ke lokasi-lokasi tujuan. Tur ini akan membawa peserta tur ke James Bond Island, yaitu sebuah pulau yang juga disebut Khao Ta Pu oleh penduduk lokal, ikon dari kepulauan Phang Nga. Pulau ini dikenal dengan James Bond Island karena pernah dijadikan lokasi syuting film James Bond, “The Man with the Golden Gun”. Setelah mengeluarkan beberapa pose andalan untuk berfoto, pemandu wisata kembali meneriakkan nomor kapalnya, tanda perjalanan akan segera dilanjutkan. Kemudian kami dibawa menuju Ko Hong, dan Ko Phanak. Bersama petugas yang mengemudikan kano, kami diajak melihat sususan stalagtit dan stalagmit di dalam gua, beberapa gua hanya dapat dimasuki pada kondisi air surut, bahkan waktu itu saya diminta untuk merebahkan diri di atas kano untuk dapat masuk ke dalam gua yang berujung laguna di dalamnya, fantastis!. Di tengah perjalanan, kami diajak mengunjungi permukiman muslim terapung di Panyee Island, permukiman ini berada di belakang tebing pulau, sehingga air laut cukup tenang dan dijadikan tempat tinggal seperti rumah panggung diatas laut. Disini banyak penjual macam-macam suvenir dari pakaian hingga aksesoris. Tur ini dibanderol dengan harga serupa seperti tur Phi Phi Island, sekitar 2600-2800 Baht per orang, dengan tawar-menawar, saya dapat menikmati paket wisata ini dengan kisaran harga 1000-1200 Baht per orang termasuk makan siang, air mineral, buah-buahan, dan minuman ringan diatas kapal, itulah jawaban mengapa tur ini menggunakan kapal yang lebih besar. Paket tur ini juga memberikan jasa antar jemput dari hotel ke dermaga dan sebaliknya dengan tanpa tambahan biaya.

Day Four

Saya sungguh tidak menyia-nyiakan waktu libur saya, next stop: Coral Island!

Coral Island biasa disebut penduduk lokal dengan nama Koh Hae. Dengan pasir putih yang bersih, kursi-kursi santai yang disediakan, juga lambaian nyiur kelapa di kejauhan. Ada beberapa sarana olahraga air di pantai ini, seperti Parasailing, Scuba Diving, Banana Boat, atau bahkan Sea Walking. Berbeda dengan tur-tur sebelumnya, hari ini kami hanya akan dibawa ke satu tempat tujuan. Dengan perjalanan yang cukup singkat dari dermaga, kurang lebih 15 menit saja, Welcome to Coral Island. Kegiatan yang ditawarkan disini sebagian besar adalah aktifitas bawah laut dengan keindahan alam bawah lautnya. Pihak tur akan meminjamkan life jacket dan perlengkapan snorkeling dengan cuma-cuma. Rangkaian kegiatan dalam tur ini memang tidak terlalu banyak memakan energi, dengan perjalanan yang singkat, dan waktu yang cukup panjang, pulau ini memang diminati oleh wisatawan untuk bersantai. Bagi yang tidak mahir berenang, tentu jangan lewatkan kesempatan untuk bisa berjalan dibawah laut melihat cantiknya ikan-ikan dibawah sana langsung dengan mata kepala anda sendiri. Sea walking sangat saya rekomendasikan bagi mereka yang tidak mahir berenang karena kegiatan ini tidak membutuhkan kemampuan untuk berenang sama sekali, kami akan dibawa menyelam ke kedalaman laut, melihat cantiknya terumbu karang dan ikan-ikan yang berkerumun di depan mata. Gendang telinga saya sangat sakit ketika masuk ke kedalaman laut, namun sakit itu terbayar lunas dengan pengalaman yang tidak bisa saya lupakan. Sisa waktu yang ada bisa dhabiskan untuk berjemur di tepi pantai, dengan sekaleng bir ditangan serta iPod yang menyala. Paket tur ini ditawarkan dengan harga lebih mahal daripada dua tur sebelumnya, mengunjungi Coral Island dengan paket untuk Sea Walking selama 30 menit dikenakan harga 1300-1500 Baht per orang jika anda pandai menawar, sudah termasuk dengan makan siang, air mineral, minuman ringan, buah-buahan, serta layanan antar jemput dari hotel ke dermaga dan sebaliknya.

Day Five or Any Other Day

Di Patong masih banyak tempat wisata menarik lainnya, beberapa yang populer adalah Bangla Road sebagai pusat hiburan malam, dan Wat Chalong, sebuah kuil umat Budha yang indah. Bangla Road ditutup untuk kendaraan bermotor pada malam hari, memberikan keleluasaan wisatawan untuk berjalan kaki menyusuri jalan ini. Hal yang kita kenal mengenai Thailand adalah ladyboy, di Bangla Road banyak ladyboy yang meliak liuk bagai model profesional di dalam beberapa bar tertentu. Biasanya mereka akan meminta tarif sebesar 100 Baht untuk sekali berfoto dengan mereka, batasi saja foto-foto ria dengan ladyboy sebanyak dua kali foto dengan dua ladyboy yang berbeda, atau mereka akan berkumpul disekitar anda untuk meminta uang.

Tips :

  • Bawalah kalkulator, tidak banyak penduduk sekitar yang mahir berbahasa Inggris.
  • Cetaklah peta hotel anda, untuk memudahkan supir taksi mencari alamat hotel anda. Kenali logat bahasa Thailand yang menyebut hotel dengan intonasi aneh (hotew)
  • Tawarlah segala sesuatu yang ingin anda beli
  • Ada baiknya anda mempersiapkan payung atau jas hujan jika anda bepergian pada low season. Pada saat low season, ombak dilaut akan besar, persiapkan stamina anda agar tidak mengganggu kesehatan anda selama perjalanan.
  • Jika anda membawa serta orang tua dalam perjalanan anda, ada baiknya anda pergi pada saat middle season atau high season.
  • Atur jadwal anda sebaik mungkin, Tur Coral Island bisa menjadi pilihan tur terakhir anda, karena tidak terlalu banyak aktifitas di Coral Island, maka anda akan punya waktu yang cukup untuk istirahat. (tur ini akan mengantar anda kembali ke hotel pada pukul 3 atau 4 sore.)
  • Perhatikan jam penerbangan anda, sebuah maskapai penerbangan kadang hanya punya satu kali jam penerbangan dari Phuket kembali ke Tanah Air yakni pada pukul 8 pagi.